4 Januari 2010

Sejarah Kelam Tambang Freeport (1)

  Freeport di Papua, telah mencetak keuntungan finansial yang sangat besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat optimal bagi negara, Papua, dan masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan.
Berikut ini merupakan laporan khusus yang ditulis oleh Ketua KPK-N (Komite Penyelamat Kekayaan Negara), Marwan Batubara *). Laporan khusus ini tersaji dalam sebuah buku beliau yang berjudul 'Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam, Menuju Negara Berdaulat'.
Insya Allah, Eramuslim akan memuat tulisan ini dalam rubrik laporan khusus yang disajikan secara berseri.
***

Latar Belakang
Aktivitas pertambangan PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini telah berlangsung selama 42 tahun. Selama ini, kegiatan bisnis dan ekonomi Freeport di Papua, telah mencetak keuntungan finansial yang sangat besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat optimal bagi negara, Papua, dan masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan.
Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.
Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.
Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800m. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg. Kerusakan lingkungan telah mengubah bentang alam seluas 166 km persegi di daerah aliran sungai Ajkwa.
Permasalahan
Freeport mengelola tambang terbesar di dunia di berbagai negara, yang didalamnya termasuk 50% cadangan emas di kepulauan Indonesia. Namun, sebagai hasil eksploitasi potensi tambang tersebut, hanya sebagian kecil pendapatan yang yang masuk ke kas negara dibandingkan dengan miliaran US$ keuntungan yang diperoleh Freeport. Kehadiran Freeport pun tidak mampu menyejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, namun berkontribusi sangat besar pada perkembangan perusahaan asing tersebut.
Pada tahun 1995 Freeport baru secara’resmi mengakui menambang emas di Papua. Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994, Freeport mengaku hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang ditambang selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh orang Papua sendiri. Panitia Kerja Freeport dan beberapa anggota DPR RI Komisi VII pun mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi emas Freeport. Mereka mencurigai jumlahnya lebih dari yang diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas. DPR juga tidak percaya atas data kandungan konsentrat yang diinformasikan sepihak oleh Freeport. Anggota DPR berkesimpulan bahwa negara telah dirugikan selama lebih dari 30 tahun akibat tidak adanya pengawasan yang serius. Bahkan Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa produksi Freeport berikut penerimaannya.
Di sisi lain, pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang penghasilannya hanya sekitar $132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk Papua tak secara otomatis terkerek naik dengan kehadiran Freeport yang ada di wilayah mereka tinggal. Di wilayah operasi Freeport, sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais emas yang tersisa dari limbah Freeport. Selain permasalahan kesenjangan ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif serta menimbulkan pelanggaran HAM.
Timika bahkan menjadi tempat berkembangnya penyakit mematikan seperti HIV/AIDS dan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS berada di Papua. Keberadaan Freeport juga menyisakan persoalan pelanggaran HAM yang terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia di masa lalu dan kini. Ratusan orang telah menjadi korban pelanggaran HAM berat bahkan meninggal dunia tanpa kejelasan. Hingga kini, tidak ada satu pun pelanggaran HAM yang ditindaklanjuti serius oleh pemerintah bahkan terkesan diabaikan.
Pemiskinan di Papua
Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan finansial bagi perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009). Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km).
Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Di sisi lain, negara pun mengalami kerugian karena keuntungan Freeport yang masuk ke kas negara sangatlah kecil jika dibandingkan keuntungan total yang dinikmati Freeport.
Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua, bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten Mimika. Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60% penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi Papua, yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.
Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di pegunungan tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik propinsi Papua JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin (47,99 %).
Di sisi lain, pendapatan pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sektor pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua berasal dari pembayaran pajak, royalti dan bagi hasil sumberdaya alam tidak terbarukan, termasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sektor ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang kronik bagi wilayah Papua.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Papua Barat memang menempati peringkat ke 3 dari 30 propinsi di Indonesi pada tahun 2005. Namun Indeks Pembangunan Manusi (IPM) Papua, yang diekspresikan dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita karena masalah-masalah kekurangan gizi berada di urutan ke-29. Lebih parah lagi, kantong-kantong kemiskinan tersebut berada di kawasan konsesi pertambangan Freeport.
Selain itu, situs tambang Freeport di puncak gunung berada pada ketinggian 4.270 meter, suhu terendah mencapai 2 derajat Celcius. Kilang pemrosesan berada pada ketinggian 3.000 m, curah hujan tahuan di daerah tersebut 4.000-5.000 mm, sedangkan kaki bukit menerima curah hujan tahunan lebih tinggi, 12.100 mm dan suhu berkisar 18-30 derajat Celcius. Dengan kondisi alam seperti ini, kawasan di bawah areal pertambangan Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Pada 9 Oktober 2003, terjadi longsor di bagian selatan area tambang terbuka Grasberg, menewaskan 13 orang karyawan Freeport. Walhi merelease longsor terjadi akibat lemahnya kepedulian Freeport terhadap lingkungan. Padahal, mereka mengetahui lokasi penambangan Grasberg adalah daerah rawan bencana akibat topografi wilayah serta tingginya curah hujan. Jebolnya dam penampungan tailing di Danau Wanagon pada tahun 2000, menyebabkan tewasnya empat pekerja sub-kontraktor Freeport. Terjadi longsor di lokasi pertambangan Grasberg pada Kamis, 9 Oktober 2003.
Kronologi Sosial-Ekonomi
Kegiatan bisnis dan ekonomi Freeport di Papua selama ini, tak hanya mencetak keuntungan finansial bagi perusahaan tersebut tetapi juga memantik munculnya masalah sosial. Belum ada solusi yang dianggap efektif dalam penyelesaian masalah yang muncul itu dan sewaktu-waktu berpotensi untuk meletup. Berikut disampaikan kronologi aspek sosial-ekonomi operasi Freeport:
16 Februari 1623.
Kapten Jan Carstensz, seorang pelaut Belanda, melihat puncak gunung tertinggi di Irian, lalu mencatat dalam log book-nya. Inilah catatan pertama orang asing tentang Puncak Carstenz dan kelak menjadi daerah operasi PT Freeport Indonesia.
23 November 1936.
Ekspedisi Colijn dan Jean Jacquez Dozy dari Belanda, berhasil mencapai Carstenz. Mereka kemudian mengumpulkan contoh batuan.
Tahun 1936.
Geolog Dr. C. Shouten menyimpulkan bahwa kawasan Carstenz mengandung tembaga dan emas. Sejak itu nama Ertsberg (gunung bijih) dipakai untuk menyebut kawasan tertinggi di New Guinea itu. Ekspedisi napak tilas dilakukan pada Juni 1960, dipimpin Forbes Wilson dan Del Flint–berdasar laporan Colijn–seiring dengan pemetaan geologi.
Maret 1966.
Soeharto dan pemerintah Orde Baru mulai menggenjot masuknya modal asing dengan berbagai deregulasi baru. Prof. M. Sadli, Menteri Pertambangan, mengumumkan pemberian konsesi kepada Freeport Mc Moran di Irian, dengan alasan merekalah satu-satunya yang lebih dulu meminta konsesi di kawasan itu.
Juni 1966.
Tim Freeport datang ke Jakarta untuk memprakarsai suatu pembicaraan untuk mewujudkan kontrak pertambangan di Ertsberg. Orang yang dipilih sebagai negosiator dan kelak menjadi presiden Freeport Indonesia (FI) adalah Ali Budiardjo, yakni mantan sekjen Hankam dan direktur Bappenas tahun 1950-an.
5 April 1967.
Kontrak kerja (KK) I ditandatangani dan membuat Freeport menjadi perusahaan satu-satunya yang ditunjuk untuk menangani kawasan Ertsberg seluas 10 kilometer persegi. KK I ini lamanya 30 tahun. Kontrak dinyatakan mulai berlaku saat perusahaan mulai beroperasi. Bulan Desember, eksplorasi Ertsberg dimulai.
Desember 1969.
Studi kelayakan proyek selesai dan disetujui. Mei 1970, konstruksi keseluruhan proyek mulai dikerjakan. Teknologi rekayasa FCX di remote area tertinggi di Asia Tenggara ini mengundang decak kagum tersendiri karena tingkat kesulitannya sangat tinggi.
Desember 1972.
Pengapalan 10.000 ton tembaga dari tambang Ertsberg dilakukan untuk pertama kalinya ke Jepang.
Maret 1973.
Presiden Soeharto meninjau daerah operasi Freeport dan memberikan nama Tembagapura untuk kota baru Freeport.
Tahun 1974.
Sepanjang 1972 sampai 1973 terjadi beberapa perkelahian yang mengakibatkan terbunuhnya karyawan Freeport, hingga memaksa mereka membuat ”January Agreement” dengan warga desa Wa-Amungme untuk membangun sekolah dan fasilitas umum lainnya.
Juli 1976
Pemerintah Indonesia mendapat bagian saham sebesar 8,5% dari saham Freeport. Angka ini hingga 1998 bertahan di level 10 persen dan royalti satu persen.
April 1981.
Ertsberg Timur mulai ditambang dan produksi FI mencapai 16.000 ton per hari sebelum cadangan Grasberg ditemukan.
28 Januari 1988.
Dugaan deposit emas di kawasan Grasberg menunjukkan hasil positif. Freeport Mc Moran Copper and Gold (FCX) akhirnya go public di lantai bursa New York. Menurut Yuli Ismartono–pejabat public relations FI–setiap hari dalam tahun 1988 kira-kira dua juta lembar saham FCX terjual.
Dengan tambahan cadangan emas di Grasberg dan cadangan lainnya, jumlah depositnya diperkirakan mencapai jumlah 200 juta ton. Dalam laporan studi evaluasi lingkungan (SEL) 160 K yang disetujui pada 1994, total deposit yang ada meningkat hingga dua miliar ton.
30 Desember 1991.
KK I berakhir dan Freeport memperoleh kembali KK II selama 30 tahun. Bagi banyak orang, KK II ini berlangsung tidak transparan, bahkan tertutup. Anehnya, pemerintah yang ditawari untuk memperbesar sahamnya menyatakan tidak berminat, padahal perusahaan ini jelas-jelas menguntungkan.
Mulai saat itu, masuklah pengusaha nasional Aburizal Bakrie (Bakrie Grup). ”Kami sudah menawarkan, tapi hanya Bakrie yang datang,” kata James Moffet, Preskom Freeport berbasa-basi. Preskom. Belakangan masuk Bob Hasan (Nusamba), yang dikenal sebagai kroni Soeharto, dan Menaker kabinet Soeharto, Abdul Latief (A Latief Corp.)
22 Agustus – 15 September 1995
Komnas HAM melakukan investigasi pelanggaran HAM yang terjadi di daerah Timika dan sekitarnya. Kesimpulan anggota tim investigasi Komnas HAM, mengungkapkan bahwa selama 1993-1995 telah terjadi 6 jenis pelanggaran HAM, yang mengakibatkan 16 penduduk terbunuh dan empat orang masih dinyatakan hilang. Pelanggaran ini dilakukan baik oleh aparat keamanan FI maupun pihak tentara Indonesia.
17 Januari 1996
Dalam selembar surat jawaban kepada editor American Statement, Ralph Haurwitz, Atase Penerangan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta Craig J. Stromme menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti yang dapat dipercaya atas tuduhan pelanggaran HAM oleh Freeport di Irian Jaya.
29 April 1966
Gugatan Tom Beanal, Ketua Lembaga Adat Suku Amungme (Lemasa) terdaftar di pengadilan Louisiana, markas besar FCX, dengan kasus no.96-1474. Belakangan, gugatan ini ditolak dan pengadilan menyatakan Freeport tidak terbukti melakukan pelanggaran HAM.
29 Juni 1996
Lemasa menolak dana sebesar 1 persen keuntungan Freeport (US$ 15 juta) yang rencananya diberikan kepada suku di daerah operasi Freeport. Penolakan juga datang dari gereja setempat.
30 September 1997
Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja, melalui Bapedal, selesai memeriksa dan menyetujui laporan Amdal Regional untuk perluasan kegiatan penambangan dan peningkatan kapasitas produksi Freeport hingga 300.000 ton per hari.
Tetapi Walhi yang ikut dalam komisi itu menyatakan tidak setuju : “Atmosfer pertemuan itu kental dengan bau politis, sementara banyak anggota komisi sebenarnya tidak setuju dengan perluasan itu, tapi tak kuasa menolak,” kata Emmy Hafid, Direktur Walhi.
11 Maret 1998
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dalam pemandangan umumnya pada Sidang Umum MPR 1998, secara terbuka menyebut pembagian keuntungan antara Freeport dan pemerintah Indonesia adalah salah satu kontrak yang sangat merugikan negara dan rakyat Indonesia.
5 November 1998
Direktur PT Freeport Indonesia, Jim “bob” Moffett datang ke Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk menjelaskan dugaan KKN di Freeport, termasuk perpanjangan KK II yang tertutup dan diduga sarat KKN. “Tidak ada KKN di Freeport, dan tidak adil kalau Anda menyuruh saya juga mengurusi masalah pembagian keuntungan. Saya bukan orang pemerintahan,“ kata Jim Moffet dalam jumpa persnya seusai menghadap Kejagung.
Tahun 2002
Keterlibatan salah seorang prajurit TNI dalam kasus penyerangan bus karyawan Freeport di Timika
September 2008
Freeport menciutkan target produksi tembaga dan emas tahun 2008 ini lantaran ada gangguan teknis di lokasi penambangan Grasberg, Papua. Awalnya, Freeport mematok produksi tembaga 1,2 miliar pounds dan emas 1,3 juta ounce. Karena gangguan ini, produksi dibuat lebih mini, tembaga 1,1 miliar pounds dan emas 1,1 juta ounc.
11 Desember 2008
Freeport memecat 75 karyawan, Freeport melakukan efisiensi dari sisi jumlah karyawan untuk mengurangi sedikit biaya operasional perusahaan, sebagai imbas dari resesi ekonomi dunia.
27 Juli 2009
Dua Karyawan Freeport menjadi tersangka kasus penembakan. Polisi menetapkan tujuh tersangka terkait kasus penembakan di Freeport, Timika, Provinsi Papua. Dua dari tujuh tersangka tersebut merupakan karyawan Freeport. (bersambung)
foto ilustrasi: welkis.wordpress
*) Tentang Penulis:
Marwan Batubara, lahir di Delitua, Sumatera Utara, 6 Juli 1955. Marwan adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2004-2009, mewakili provinsi DKI Jakarta. Menamatkan S1 di Jurusan Tehnik Elektro Universitas Indonesia dan S2 bidang Computing di Monash University (Australia). Marwan adalah mantan karyawan Indosat 1977-2003 dengan jabatan terakhir sebagai General Manager di Indosat. Melalui wadah Komite Penyelamatan Kekayaan Negara (KPK-N), ke depan Marwan berharap bisa berperan untuk mengadvokasi kebijakan-kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, agar dapat bermanfaat untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

28 Desember 2009

Jihad Melawan Korupsi, Selamat Berjuang Anak Muda


“Jika engkau membiarkan koruptor memperbudak dan menjajah dirimu, jangan berharap engkau mempunyai masa depan. Mungkin Indonesia hanya akan menjadi kenangan sejarah”, ujar seorang tokoh Islam.
Persiapan dari berbagai kekuatan elemen muda, yang akan menyambut Hari Anti Korupsi Sedunia, yang akan jatuh hari ini, Rabu (9/11), ternyata mereka tak main-main. Selain mereka memantapkan rencana aksi yang akan mereka gelar, mereka juga berusaha memperoleh dukungan moral dan spiritual dari para sesepuh.
Hal itulah yang dilakukan sejumlah anak muda yang tergabung dalam Poros Muda Nahdatul Ulama di Jakarta, Selasa kamrin. Mereka sengaja meminta restu dan nasehat dari pimpinan Pengurus Besar NU. “Dengan bekal ini, kami berharap agar dalam pelaksanaan aksi Rabu ini, tidak lepas dari bimbingan ulama”, ucap Syaiful Arif, tokoh muda NU. Poros muda NU mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk organisasi massa keagamaan untuk melakukan otokritik terhadap diri mereka dari persoalan korupsi. Seluruh elemen bangsa harus menjaga diri mereka agar selalu bersih dari praktik korupsi.
Sementara itu, tokoh NU, KH.Hasyim Muzadi, yang didampingi Ahmad Bagdja, dan Andi Jamaro, memberikan nasihat, restu dan do’a agar mereka tidak melenceng dari niat perjuangannya untuk memberantas korupsi. “Wajar generasi muda bergelora untuk memberantas korupsi, karena masa depan masih panjang. Generasi muda butuh kondisi negara yang bisa memberi kepastian, bukan yang justru membuat mereka frustasi. Anak muda butuh Indonesia yang bersih dari korupsi”, ujarnya.
Menurut KH.Hasyim Muzadi pengungkapan skandal Bank Century diharapkan menjadi titik tolak penegakan hukum yang berkeadilan di Indonesiadan penetaan lembaga-lembaga penegak hukum. Ketidakadilan hukum bisa mengakibatkan ketidakadilan ekonomi yang akan membuat generasi muda semakin apatis dengan masa depan, ujar Hasyim.
Sementara itu, Prof. Syafi’I Maarif, menyatakan, “Jangan rusak aksi, kaena itu tujuannya besar, memberantas gurita korupsi”, katanya. Hal senada juga disampaikan Prof.Din Syamsuddin, yang menginginkan berlansung aksi damai ini, tidak berubah menjadi aksi yang merusak. Tetapi, bisa saja kemungkinan terjadi kekacauan yang diciptakan untuk mendiskreditkan aksi-aksi yang menginginkan penegakan keadilan. Kedua tokoh itu juga mengharapkan seluruh elemen masyarakat sipil untuk bergabung dalam gerakan melawan korupsi hari ini.
Elemen-elemen perjuangan dari anak-anak muda, seperti HMI, IMM, Pemuda Muhammadiyah, PMII, Generasi Muda NU, KAMMI, BEM se-Indonesia, dan kalangan muda lainnya telah siap mengambil peran dalam aksi 9 Desember ini. Selama ini,  angka 9 diyakini sebagai angka keberuntungan oleh Presiden SBY. Maka, gerakan anak-anak muda ini menjadi anatema (lawan) dari keadaan yang ada, dan mendapat dukungan yang luas dari  kalangan-kalangan tokoh-tokoh Islam.
Semenjak beberapa hari berbagai elemen muda, yang tergabung dalam berbagai gerakan telah mempersiapkan diri untuk melaksanakan aksi 9 Desember ini, yang bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia. Momentum sekarang ini harus menjadi puncak dari gerakan untuk membebaskan Indonesia dari praktik-praktik korupsi. (m/kmps)

Pakistan Mampu Produksi Jet Tempur Sendiri


Meski tengah gonjang-ganjing oleh berbagai macam isu dan permasalahan dalam negeri yang terus bergejolak di Pakistan, namun hal tersebut tak mengurangi perkembangan teknologi militer negeri Urdu itu.
Sebuah sumber resmi pemerintahan Pakistan pada Ahad (22/11) yang lalu mengumumkan pihaknya telah berhasil merakit dan memproduksi sendiri jet tempur multi guna dengan model Thunder Jet F-17.
Perakitan dan produksi pesawat tersebut dilakukan oleh Perusahaan Kapal Terbang Pakitan KAMARA dengan perusahaan China. Dalam sebuah wawancara dengan kanal televisi Pakistan, Geo, kedua negara telah melakukan kerjasama untuk menggarap proyek pengembangan teknologi militer Pakistan.
Ditambahkan sumber tersebut, dengan berhasil lahirnya jet tempur buatan dalam negeri sendiri, mimpi Pakistan untuk bisa membuat hal tersebut yang telah menggelanyut selama berpuluh tahun pada akhirnya bisa tercapai.
Dengan diprosuksinya jet tempur ini pula, Pakistan mengukuhkan dimulainya era baru hubungan antara China dan Pakistan.
Pesawat jet Thunder F-17 bikinan Pakistan ini terbilang pesawat yang ringan, berteknologi tinggi, serta dapat beropreasi di segala cuaca. (L2/jzr)

Majalah AS: Obama Telah Kehilangan Kepercayaan dari Umat Islam

Majalah Foreign Policy yang kompeten untuk urusan luar negeri Amerika Serikat terkait opini publik menyatakan bahwa kalangan kaum muda di Timur Tengah mulai kehilangan kesabaran dan kepercayaan dengan pemerintah Presiden Barack Obama setelah enam bulan Obama menyampaikan pidatonya di Kairo.

Majalah tersebut mengatakan: "Posisi ini merupakan krisis besar bagi upaya Amerika Serikat untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakat muslim di dunia, anak-anak muda mewakili segmen terbesar penduduk Timur Tengah dari Iran hingga ke Maroko, hal ini berarti bahwa masa depan hubungan AS dengan wilayah ini bergantung pada kategori ini."

Penulis artikel Andrew Olbresheton menyatakan bahwa ia telah melakukan perjalanan bulan lalu untuk Libanon, Yordania, Mesir dan berbicara kepada beberapa pemimpin masyarakat organisasi sipil khususnya pemuda terkait persoalan kebijakan-kebijakan Amerika Serikat dan rekomendasi mereka kepada pemerintahan Obama dan dapat diidentifikasikan mereka berada dalam kondisi yang frustasi dan kecewa terhadap pemerintahan Obama.

Menurut Andrew, kekecewaan para anak muda yang merupakan aset vital di wilayah yang banyak mengalami pengangguran, penindasan dan ketidakadilan akan mengancam keamanan AS dan sekutu baratnya.

Andrew Olbresheton menambahkan: "Meskipun adanya antusiasme besar pada bangsa Arab dan Islam atas terpilihnya Presiden Barack Obama dan isi pidatonya di Kairo, kekecewaan mulai menyebar di antara orang-orang ini karena Presiden Obama telah menjanjikan banyak hal, termasuk posisi aktivitas pemukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki dan dukungan demokrasi dan organisasi-organisasi masyarakat sipil di negara-negara Arab."(fq/imo)

23 Desember 2009

Amerika, Jangan Bunuh Muslim, Jika Tak Mau Dibunuh!


Amerika dan negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO melakukan segala cara untuk menghentikan yang kata mereka “teroris.” Bukan kebetulan kalau yang mereka sebut teroris itu, 99,99 persen adalah orang Islam.

Untuk menghentikan teroris itu, maka mereka pun berburu sampai ke Iraq, dan Afghanistan. Tapi ternyata, menurut Noam Chomsky, seorang ahli bahasa Amerika, filsuf, ilmuwan, aktivis politik, penulis, dan dosen, serta seorang profesor emeritus linguistik di Massachusetts Institute of Technology, menghentikan terorisme itu gampang-gampang saja. Tidak perlu keluar biaya besar dan pasukan yang banyak.

Dalam salah satu ceramahnya yang kini beredar di youtube, dan banyak diposting dimana-mana, ada cara efektif untuk menghentikan terorisme. Chomsky mengatakan jika ingin menghentikan terorisme, maka Amerika dan Barat harus berhenti membunuh orang-orang Muslim. “Jika ingin orang Muslim berhenti membunuh Anda, maka berhentilah membunuh mereka!”

Artinya, orang Muslim akan melakukan tindakan perlawanan, jika dianiaya, bahkan sampai dibunuh, direnggut semua harta dan kepemilikannya. Atau dengan kata lain, bahwa bukan orang Muslimlah yang telah memulai pembunuhan-pembunuhan itu.

Nah Amerika, dengarkanlah Chomsky!
bY : A.R.D.

Obama Cairkan Milyaran Dolar bagi Zionis





Koran Yediot Aharanot, Senin kemarin (21/12) melaporkan bahwa Presiden AS, Barack Obama telah menetapkan anggaran bantuan luar negeri AS tahun 2010, mencakup pengalokasian 2 milyar 775 ribu dolar untuk keamanan Zionis. Harian itu menerangkan, keberlanjutan persahabatan keduanya tahun depan mengharuskan adanya kesepakan antara Zionis dan AS, guna meningkatkan bantuan pada dekade berikutnya hingga mencapai 30 milyar dolar.

Yediot Aharanot mengatakan, di samping bantuan keamanan tahunan, sebenarnya Presiden AS dan kongres telah menyetujui adanya penambahan khusus untuk memodernisasi peralatan militer Israel, terutama untuk penangkalan gempuran rudal. Yediot juga menambahkan, "selain bantuan itu, AS juga terus berkontribusi dalam memproduksi rudal "Sejil 2" untuk lengkapi penjagaan intensif di kawasan udara Israel dari teror rudal. Ini merupakan hasil kerjasama antara perusahaan "Boeing" dan Perindustrian Angkatan Udara Israel.

Dalam dua tahun terakhir AS sudah membiayai perkembangan "Sejil 3" hanya untuk melengkapi gerakan antisipasi Zionis dari gempuran rudal-rudal balistik Iran. Bantuan luar negeri AS tahap pertama mencapai 100 triliun dolar juga dikucurkan bagi operasional latihan pasukan keamanan Palestina yang ditangani oleh Jenderal AS, Keith Dayton.

40% Orang Terkaya di AS adalah Yahudi

Perlu diketahui bahwa sebanyak 20 orang Yahudi berhasil menduduki daftar 50 orang terkaya di AS. Sementara menurut daftar 400 orang terkaya di AS, 139 diantaranya adalah miliuaner Yahudi. Mayoritas mereka menjadi penyokong Israel dan penjajahan Tanah Arab. Perwakilan Telegrafi Yahudi yang berpusat di New York telah mengiventarisasi mereka yang masuk daftar orang terkaya versi forbes tersebut, setidaknya 139 orang di antaranya tercatat sebagai Yahudi. Perwakilan Telegraf dalam laporannya yang ditulis Yakub Berkman, jumlah kekayaan perseorangan mereka mencapai 211.8 triliun dolar.

Menurut tinjauan berikutnya oleh kantor berita AS, sumber-sumber pemasukan terpenting Yahudi berasal dari sektor teknologi, perangkat lunak, komputer, perbankan, penanaman modal untuk pembangunan jalan dan gedung.

Orang paling terkaya di AS diduduki oleh orang Yahudi, Lawrence Ellison dari Oracle Software, kekayaannya diperkirakan mencapai 27 triliun dolar, peringkat ketiga disusul oleh orang terkaya dari AS. Sementara peringkat kedua dalam urutan orang terkaya Yahudi dan orang terkaya kedelapan AS, adalah Walikota New York, Michael Bloomberg, pemilik Bloomberg News dan penguasa beberapa surat-surat berharga di AS. (Sn/op)
bY : A.R.D.

2 Juli 2009

Kerangka Pria Purba Berumur 4000 Ditemukan


Suatu penemuan unik arkeologi terjadi di kaki gunung dekat desa tua Tajikistan, Tudakavsh, di daerah Kulyab, di tenggara negara tersebut.

Menurut media massa Tajikistan seperti dikutip kantor berita ISAR TASS, dilaporkan sekelompok penduduk menemukan kerangka seorang pria purba yang terawat baik, ketika mereka sedang menggali tanah.

Para pakar mengatakan, kerangka tersebut paling tidak berumur 4000 tahun. Pria tersebut punya tinggi badan sekitar dua meter. Pada salah satu tulang jarinya terdapat sebuah cincin yang berbentuk luar biasa.


Rektor Universitas Kulyab, Karimdjon Kodiri dan para mahasiswanya dari jurusan arkeologi masa depan telah menyaksikan lokasi di mana kerangka itu ditemukan.

Setelah melakukan penggalian awal, mereka menemukan beberapa guci-guci tanah liat tak jauh dari tempat kerangka itu.

Setelah kerangka itu diteliti, posturnya seperti bertiarap tidak seperti biasanya orang-orang purba dikebumikan. Menurut para pakar, orang purba tersebut meninggal dalam perang.

Kepala departemen arkeologi pada Institut Sejarah. Arkeologi dan Etnografi Akademi Sains Nasional, Yusuf Yakubov, mengatakan kepada Itar-Tass bahwa dia tidak bisa menyimpulkan kerangka manusia purba itu, kecuali penemuan artifak-artifak di dekatnya barangkali berada dari Zaman Perunggu, atau sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi.

"Di kawasan Kulyab, di mana kami sejak lama mengadakan penggalian arkeologi menemukan beberapa artifak dan monumen dari Zaman Perunggu, termasuk tempat makam dan pemukiman," kata pakar itu.

"Beberapa kerangka juga ditemukan, tetapi yang sebaik penemuan itu barangkali pertama kalinya terjadi," ujarnya.

Yakubov mengatakan, suatu ekspedisi akan dikirimkan ke desa Tudakavsh untuk mempelajari situs di mana kerangka itu ditemukan, dengan penelitian lebih rinci.

Tajikistan dikenal mempunyai berbagai monumen arkeologi besar di di dunia, seperti pemukiman Pendzhikent, Takhti-Sangin, dan biara Budha Adjina-Tepa, dengan patung Budhanya dari lempung setinggi 14 meter, yang disebut Budha di Nirwana.